iwaNdah   iwaNdah   iwaNdah   iwaNdah iwaNdah

Ini adalah tugas kedua saya dalam matkul pelayanan nasabah....
setelah tugas yang prtama yaitu mencari JobDes Customer Service....
Tapi saya sangat puas dengan hasil tugas ini....
amiinnn....


Dasar-Dasar Etiket Pelayanan

1. Pengertian Etiket dan Etika
Secara etimologi kata Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu "Ethos", yang berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu "Mos" dan dalam bentuk jamaknya "Mores", yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk
Sedangkan Etiket berasal dari bahasa Perancis etiquette yang berarti aturan sopan santun dan tata cara pergaulan yang baik antara sesama manusia. Biasanya orang yang mengerti dan menghayati etiket akan lebih berhasil dalam pergaulan dan pekerjaa Etiket mengajarkan kita untuk memelihara hubungan baik, bahkan memikirkan kepentingan dan keinginan orang lain. Pemahaman tentang etiket dapat dijadikan alat pengendali. Hal ini juga membuat diri kita disegani, dihormati, disenangi, percaya diri, dan mampu memlihara suasana yang baik di lingkungan.

1.1 Perbedaan Etika dan Etiket :
Seringkali dua istilah tersebut disamakan artinya, padahal perbedaan antara keduanya sangat mendasar. Dari asal katanya saja berbeda, yakni Ethics dan Ethiquetle. Etika berarti moral sedangkan Etiket berarti sopan santun. Namun meskipun berbeda, ada persamaan antara keduanya, yaitu : Keduanya menyangkut perilaku manusia. Etika dan etiket mengatur perilaku manusia secara normative, artinya memberi norma bagi perilku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
Perbedaannya Etiket dan Etika antara lain yaitu :
a. Etiket menyangkut cara suatu perbuatan harus dilakukan manusia. Diantara beberapa cara yang mungkin, etiket menunjukkan cara yang tepat, artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam suatu kalangan tertentu.
Etika tidak terbatas pada cara dilakukannya suatu perbuatan. Etika menyangkut pilihan yaitu apakah perbuatan boleh dilakukan atau tidak.
b. Etiket hanya berlaku dalam pergaulan. Bila tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku.
Etika selalu berlaku meskipun tidak ada saksi mata, tidak tergantung pada ada dan tidaknya seseorang.
c. Etiket bersifat relatif artinya yang dianggap tidak sopan dala suatu kebudayaan, isa saja diangap sopan dalam kebudayaan lain.
Etika jauh lebih bersifat absolut. Prinsip-prinsipnya tidak dapat ditawar lagi.
d. Etiket hanya memadang mausia dari segi lahiriah saja.
Etika menyangkut manusia dari segi dalam. Orang yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.
Etiket sebagai ketentuan tidak tertulis yang mengatur tindak dan gerak karyawan dalam melayani nasabah sangat perlu mendapat perhatian suatu bank, dengan tujuan :
a. Untuk menciptakan keakraban, keramahtamahan, dan menjaga sopan santun pelayanan
b. Untuk dapat menyenangkan dan memuaskan nasabah
c. Untuk membina dan menjaga hubungan baik dengan nasabah
d. Untuk tidak menyinggung perasaan nasabah
e. Untuk dapat menjadi daya tarik, termasuk membujuk atau mempertahankan nasabah lama dan menarik nasabah baru
Etiket pelayanan yang perlu diperhatikan oleh Customer Service Officer terhadap nasabah pada umumnya adalah sebagai berikut :
a. Sikap / perilaku
b. Ekspresi wajah
c. Penampilan
d. Cara berpakaian
e. Cara berbicara
f. Cara mendengarkan
g. Cara bertanya


Beberapa kata kunci yang perlu diketahui dan dilaksanakan dalam praktek pelayanan nasabah (customer service) antara lain :
a. Atensi
b. Senyum
c. Salam
d. Tolong
e. Maaf
f. Terima kasih
Untuk menciptakan budaya pelayanan nasabah yang baik, ramah tamah, dan sopan dengan harapan agar nasabah senang dan merasa diperhatikan, dihargai, dan percaya pada bank. Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan. Antara lain :
 Faktor pendukung etiket pelayanan bank
1. Peralatan
a. Kantor (letak dan ruangan)
b. Perlengkapan kantor
2. Sumber Daya Manusia
Setiap insan perbankan (pimpinan, staf, karyawan) perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam etika pergaulan dan pelayanan berbagai masalah, antara lain :
a. Masalah sarana bank
b. Surat menyurat
c. Salam dan tegur sapa
d. Menerima tamu
e. Hubungan dengan nasabah
f. Pelayan loket
g. Menelepon

2. Dasar-dasar Etiket
a. Politeness, yaitu sikap sopan yang harus diperlihatkan kepada pihak lain dalam suatu komunikasi. Antara lain :
1. Perlu diatur kata-kata yang akan diucapkan
2. Penyampaian kata-kata lemah lembut
3. Tidak menggunakan kata-kata yang meremehkan orang lain
4. Jauhilah menggunakan kata “kamu”, tetapi gunakan kata “anda / Bapak / Ibu”
5. Menyambut nasabah dengan salam dan tegur sapa yang ramah
6. Sesama karyawan saling tegur sapa
b. Respectful, yaitu sikap menghormati dan menghargai pihak lain (nasabah) secara baik dan wajar
1. Menghargai pendapat dan usul nasabah
2. Mematuhi perintah atasan dan tidak suka membantah
3. Seorang atasan hendaknya juga mau mendengar pendapat bawahan
c. Attentive, yaitu sikap penuh perhatian yang diperlihatkan kepada pihak lain dan diberikan secara baik dan wajar
1. Mendengar dengan sungguh-sungguh apa yang dikatakan nasabah
2. Seorang atasan hendaknya memperhatikan nasib para karyawan (seperti usul kenaikan gaji dan pangkat, perbaikan fasilitas, dan lain-lain)
d. Cooperatif, yaitu sikap suka menolong pihak lain yang memang membutuhkan pertolongan, sementara kita sebenarnya sanggup dan mampu memberikan pertolongan
1. Membantu nasabah dalam kesulitan mengisi formulir
2. Membantu sesama karyawan dalam kesulitan kerja
e. Tolerance, yaitu sikap tenggang rasa terhadap orang lain agar dapat diterima dan disukai dimana saja kita berada
f. Informality, yaitu sikap ramah yang kita perlihatkan kepada pihak lain, bukan sikap formal atau resmi, melainkan familiar, akrab, dan bersahabat.
1. Dapat diperlihatkan berupa sapaan atau ucapan salam
g. Self Control
Adalah sikap menguasai diri dan mengendalikan emosi dalam setiap situasi. Kita selalu berusaha tidak menyinggung perasaan atau mengganggu pikiran orang lain. Dengan kata lain kita harus memiliki kesabaran dalam menghadapi para pelanggan, terutama bersikap sabar terhadap nasabah yang mungkin rewel, agar ia tidak kecewa, gusar atau membuat orang lai marah. Sebaliknya kita sama sekali tidak terpancing oleh sikap emosional pihak yang kita hadapi.

3. Tujuan dan Manfaat Etiket
a. Communicative, adalah memudahkan berhubungan baik dengan setiap orang (nasabah) dan pandai membaca situasi
1. Dapat membantu dalam berkomunikasi dengan nasabah, sesama karyawan, dan dengan atasan
2. Dapat mengenali kesukaaan lawan bicara
3. Banyak mendengarkan lebih baik daripada banyak bicara, karena akan memperoleh banyak masukkan dari pihak lain
b. Attactive, adalah mampu mencari bahan pembicaraan tanpa melukai perasaan pihak lain dengan diimbangi sense of humor yang tinggi. Kemampuan Attactive ini dapat kita peroleh dengan berbagai cara, antara lain :
1. Banyak membaca pengetahuan umum dengan tujuan dapat memberikan wawasan yang luas
2. Rajin mengikuti perkembangan dunia sehingga dapat memperkaya informasi
3. Tekun membaca sejarah tokoh dunia yang sukses dibidangnya masing-masing agar dapat memotivasi diri sendiri
4. Tidak mudah tersinggung dengan bersikap dewasa dan pemaaf
c. Respectable, adalah lebih dahulu kita menghargai orang lain dan jangan menuntut untuk dihargai orang lain terlebih dahulu
1. Hati-hati menjaga perasaan orang lain
2. Menjaga panggilan yang terhormat bagi orang lain
3. Tahu apa yang menjadi tabu
d. Self Confidence, adalah untuk memupuk kepercayaan dan keyakinan pada diri sendiri dalam setiap situasi. Untuk itu, kita memerlukan beberapa kegiatan, antara lain:
1. Tekun membaca pengetahuan umum
2. Berani melakukan diskusi
3. Ikhlas dan terbuka dalam menerima kritik dan saran dari orang lain
4. Bergaul dengan berbagai lapisan masyarakat

4. Salam dan Tegur Sapa
Salam berarti pernyataan dari seseorang kepada orang lain atau dalam bahasa Inggris “Greeting”. Ucapan salam merupakan tegur sapa yang mutlak diperlukan dalam pergaulan, baik pergaulan biasa apalagi pergaulan terhormat. Setiap bangsa, suku, dan kelompok pergaulan memiliki salam dengan keunikan dan keragaman masing-masing, dan salampun dapat disampaikan tanpa kata-kata, hanya dengan gerakan tertentu atau mimik wajah tertentu.

4.1 Manfaat salam dan tegur sapa
Salam dan tegur sapa merupakan pintu gerbang pergaulan. Tanpa salam dan tegur sapa berarti akan tertutupnya sebuah tujuan, dan merupakan hambatan besar dalam berkomunikasi. Ucapan salam dan tegur sapa bukanlah berarti mengucapkan kata-kata yang sudah menjadi ketentuan saja, namun salam dan tegur sapa dapat diperlihatkan dengan sikap, mimik, dan gerak-gerik tertentu. Salam dan tegur sapa bermanfaat untuk memulai suatu komunikasi, sedangakan komunikasi mutlak diperlukan dalam bisnis atau kegiatan apa saja terutama aktivitas pelayanan yang berhubungan dengan pelayan jasa seperti Customer Service.

4.2 Salam kepada Pelanggan / Tamu / Nasabah
Ingat, pelanggan / tamu / nasabah adalah Raja. Kedatangannya berarti akan mendatangkan keuntungan bagi perusahaan atau bank, yang pada gilirannya akan mendatangkan keuntungan pada karyawan. Oleh karena itu, sambutlah kedatangan pelanggan / tamu / nasabah dengan hangat, sopan, dan komunikatif.
a. Bagaimana harus bersikap
Ucapan salam adalah pembuka simpati dalam pandangan pertama. Ingatlah kesan pertama merupakan penentu lancar atau tidaknya komunikasi. Adat sopan santun dan tegur sapa yang manis akan meningkatkan penampilan para karyawan dan sekaligus merupakan iklan yang ampuh serta alat promosi yang baik. Seorang karyawan harus tahu bagaimana bersikap dan apa yang harus diucapkan. Dalam tugas melayani, hendaklah dihayati benar-benar sopan santun, karena itu semua akan sangat berpengaruh terhadap ketenangan kerja, kepuasan pelanggan atau nasabah, dan selanjutnya mencapai tujuan akhir yaitu meningkatkan hasil perusahaan atau bank.
b. Apa yang tidak boleh dilakukan?
Sebagai karyawan pelayanan (customer service officer) harus tahu apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan, karena hal ini menyangkut nama baik perusahaan atau bank. Dalam kondisi apapun, pelanggan atau nasabah jangan sampai tersinggung perasaannya. Ia boleh kecewa oleh suatu peraturan yang berlaku, tetapi ia jangan sampai kecewa dan tersinggung oleh sikap karyawan (cso) dalam pelayanan.
Karena itu harus diingat, beberapa hal yang tidak boleh dilakukan:
1. Tetap duduk dalam sikap tidak acuh, apalagi dengan wajah yang tanpa senyum dan angker. Ingat, seseorang petugas pelayanan tidak membutuhkan wibawa dalam menghadapi public, karena ia bukan penjaga keamanan yang harus menjaga ketertiban para nasabah
2. Berbicara dengan nasabah, sementara mulut mengunyah sesuatu atau rokok masih terselip dibibir
3. Menggunakan kata “Anda” atau “Saudara” untuk pengganti orang kedua, apalagi “Kamu” atau “Engkau”. Karena kata-kata ini mengandung makna meremehkan lawan bicara
4. Berbenah diri di loket seperti: menggunting kuku, memasang lipstick, menyisir rambut, mencongkel gigi. Karena itu sebelum memasuki ruang pelayanan, rapihkanlah diri dulu di ruang khusus, berkacalah seteliti mungkin, karena secuil cabe merah terselip di gigi akan merusak pemandangan yang sudah ditata rapi
5. Memperlihatkan roman muka yang suram dan mendung, bagaimanapun sedang merasa jengkel kepada seseorang, atau sedang dirundung malang
6. Memandang nasabah dengan air muka rasa jijik, hanya karena nasabah tersebut berpenampilan jorok. Bank tidak membutuhkan nasabah yang perlente, tapi nasabah yang setia
7. Mengucapkan kata “Haa” sebagai isyarat bahwa kurang mengerti atau kurang mendengar apa yang dikatakan nasabah, apalagi membentak nasabah disertai kata “ulangi”.

5. Etiket Bersalaman/Berjabat Tangan
Cara berjabat tangan memang merupakan cerminan kepribadian seseorang. Cara Anda menggengam, menggoyangkan tangan dan eye contact, juga tidak luput dari penilaian saat wawancara pekerjaan. Jangan sampai penilaian terhadap Anda jadi salah ataupun menjadi minus saat wawancara hanya karena masalah jabat tangan semata. Jabat tangan mungkin sekilas seperti remeh temeh, tapi kesan pertama sebelum melakukan wawancara seringkali muncul justru dari si remeh temeh ini.
Memang kelihatannya berjabat tangan itu sederhana dan remeh, tetapi dapat menjadi faktor menentukan dalam wawancara dan kehidupan sosial. Jabat tangan dengan mantap dan sambil menatap lawannya akan memiliki kesan pertama yang baik.
Dibawah ini beberapa gaya berjabat tangan yang akan kami jelaskan.
a. Berjabat tangan dengan tangan lembab
Jika tangan kita termasuk yang mudah berkeringat dan basah, tentu saja kita tidak ingin si pewawancara menarik tangan sesegera mungkin dan mengelapnya diam-diam di celana beberapa detik setelah berjabat tangan dengan kita? Bila kita termasuk yang mudah berkeringat, cobalah basuh tangan sebelum kita diwawancara. Setelah itu jangan katupkan tangan kita, jagalah agar selalu terbuka. Tangan yang tertutup atau terkepal akan mendorong kelenjar semakin aktif mengeluarkan keringat. Satu hal lagi, jangan gugup, karena ini efektif membuat tangan anda basah
b. Berjabat tangan dengan Lemah
Gaya bersalaman yang terlalu lembut alias lemah, menunjukkan rasa percaya diri yang kurang, selain juga tampak malas-malasan dan kurang menunjukkan minat. Bila saat wawancara kita melakukan gaya ini, si pewawancara akan bertanya-tanya kualitas percaya diri kita. Latihlah untuk menjabat tangan lawan dengan genggaman lebih kuat dan erat, tapi tidak menjepit
c. Berjabat tangan dengan Sentuh Jari
Gaya berjabat tangan yang hanya menyentuhkan ujung jarinya saja dapat menggambarkan kita Lemas dan seperti tidak niat, ini adalah kesan yang ditangkap bila menjabat tangan, karena biasanya hanya menyodorkan empat ujung jarinya dengan sekilas. Jangan sampai kita melakukannya, apalagi saat wawancara
d. Berjabat tangan dengan Full Contact
Gaya berjabat tangan ini biasanya genggamannya erat dan mantap, tapi tidak terlalu kencang dan menjepit. Sambil menggenggam tangan lawan, biasanya juga diikuti dengan eye contact yang ramah. Ini gaya berjabat tangan yang bagus untuk menunjukkan rasa percaya diri yang cukup bagus tapi tidak berlebihan. Lakukan saat wawancara untuk membuka gerbang impresi pertama yang menarik.

Bersalaman adalah suatu kebiasaan yang baik dalam setiap kali manusia bertemu. Cara bersalaman yang wajar adalah dengan saling bergenggaman tangan, lalu digoyang-goyangkan sekedarnya, sebagai sambutan hangat, lalu dilepas dan tangan kembali pada posisi semula.
Hal-hal yang perlu diingat dalam Etiket bersalaman/berjabat tangan:
a. Tangan tidak perlu dikatupkan ke dada setelah bersalaman
b. Tidak perlu mencium tangan atasan, rasa hormat cukup ditampakkan dengan membungkukkan sedikit badan
c. Tataplah mata lawan bersalaman, jangan bersalaman sementara mata melihat ke arah lain, ini kesannya meremehkan lawan
d. Genggaman jangan asal-asalan saja, apalagi asal menyentuh ujung tangan, salam ini terasa kurang hangat, dan hambar dalam pergaulan
e. Dalam acara resmi, sebaiknya menunggu atasan menyodorkan tangannya, baru menyambutnya.

6. Etiket Bertamu dan Menerima Tamu
Secara umum, setiap tamu membawa arti bisnis sendiri, karena itu cara menerima tamu harus dipelajari menurut sopan santun yang berlaku umum dan dilaksanakan secara baik agar dapat memberikan kesan yang professional, menyenangkan, dan memuaskan yang pada gilirannya akan memberikan keuntungan bagi perusahaan atau bank yang bersangkutan.
Sikap karyawan atau para staf yang kurang menghayati etiket pelayanan menerima tamu dapat menimbulkan kekecewaan dan dapat merusak citra suatu kantor atau bank. Dan yang harus diingat, bahwa bank sebagai lembaga jasa keuangan dengan berbagai relasi, tentu akan dikunjungi banyak tamu.
Tamu disini dapat berupa tamu yang secara dinas berkunjung sejenak, dapat juga tamu jauh yang membutuhkan pelayanan lebih, dapat juga tamu intern dalam arti pejabat bank itu sendiri dari luar kota, dan dapat juga tamu dari instansi lain.
a. Tamu Rutin
Tamu rutin adalah tamu yang secara rutin karena kepentingan dinas bertamu pada suatu bank. Tamu ini biasanya adalah para nasabah yang memerlukan pelayanan di front office. Tamu ini cukup dilayani oleh Cuctomer Service.
b. Tamu Biasa
Yang dimaksud denga tamu biasa adalah nasabah yang karena bisnisnya sering berkunjung ke bank menemui para pimpinan atau staf pada bank tersebut
c. Tamu Khusus
Tamu khusus merupakan tamu yang karena hubungan sesuatu merupakan tamu dari pimpinan bank, dan memerlukan pelayanan khusus dari petugas yang ditunjuk oleh pimpinan bank tersebut
d. Tamu Kehormatan
Tamu Kehormatan adalah tamu yang karena kedudukannya memerlukan perlakuan khusus oleh bank, kedudukan ini dapat berupa atasan dari pimpinan, dapat juga merupakan pejabat pemeriksa dari level atas

Jika ada nasabah ataupun tamu datang, Customer Service harus menyambutnya dengan seramah mungkin dan memberikan perhatian sepenuhnya. Hal-hal yang harus dilakukan oleh Customer Service antara lain:\
a. Segera bangun dari tempat duduk
b. Tersenyumlah
c. Sapa nasabah dengan ucapan “selamat”
d. Tanyakan “apa yang bisa dibantu”
e. Jika tamu atau nasabah ingin menemui pimpinan, minta ia untuk mengisi form atau buku tamu
f. Jika ia terpaksa menunggu, segera katakana “maaf”
g. Jika ia bisa masuk, segera antarkan ia ke ruang pimpinan

Seorang Public Relations atau Customer Service Officer harus mengetahui dan menguasai etiket bertamu dan menerima tamu pada jam kerja. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain, yaitu:
a. Buatlah janji bertemu
Sebelum bertemu dengan klien, buatlah perjanjian terlebih dahulu. Usahakan untuk tidak membuat perjanjian-perjanjian di jam-jam kerja yang sibuk. Berkompromilah untuk menetapkan waktu temu yang menyenangkan bagi kedua belah pihak
b. Konfirmasi Ulang sebelum bertemu
Untuk mendapat kepastian dari klien mengenai jadi tidaknya pertemuan, sebaiknya dilakukan konfirmasi ulang sebelum bertemu
c. Cek tempat pertemuan
Cek dan pastikan tempat pertemuan. Hindari kemungkinan tersasar dan terlambat memenuhi janji
d. Pembicaraan singkat, jelas dan padat
Selenggarakan pembicaraan dengan singkat, jelas dan padat
e. Perhatikan penampilan
Ketika kita bertemu dengan setiap orang, kita harus berpenampilan rapi, segar dan bersih
f. Jaga sikap
Bersikaplah ramah dan tulus agar suasana menyenangkan

7. Etiket berpakaian kerja untuk seorang Customer Service Officer
Etiket atau cara berpakaian kerja itu sangat penting. Karena cara berpakaian kerja seseorang itu mencerminkan dirinya sendiri. Hal-hal yang harus diperhatikan seorang Customer Service Officer dalam berpakaian adalah:
1. Bersih
Berusahalah untuk tampil selalu bersih, karena pakaian bersih memberikan kesan enak, baik bagi yang memakainya, apalagi bagi yang memandangnya. Karyawan bank bukanlah pekerja kasar yang sering bermandikan keringat, apalagi pekerja bengkel yang lumrah berpakaian kotor, karena kesan bersih tersebut benar-benar tercermin dalam sehari-hari pakaian orang bank.
2. Aurat Terjaga
Karyawan bank dalah pekerja yang melayani seluruh lapisan masyarakat. Pakaian kerja yang dipakai harus menambah gengsi perusahaan dan gengsi karyawan bank itu sendiri. Karena itu pakaian kerja yang bagaimanapun baiknya, kalau ditambah dengan kesan yang berbau “menonjol” akan memberikan kesan tidak sopan
Karyawati bank adalah pekerja pelayan masyarakat, bukan wanita pajangan semata. Pakaian yang dikenakan harus menarik, tetapi tidak menggoda. Tegur sapa hendaklah ramah, tetapi tidak genit.
3. Assesori Seadanya
Seorang karyawati, hendaknya menggunakan perhiasan sederhana saja. Janganlah menggunakan perhiasan yang mencolok, apalagi yang gemerlapan, hal ini hanya akan mengundang perhatian orang lain, bahkan akan menimbulkan penilaian negatif terhadap citra karyawati itu sendiri dan juga banknya.
4. Norma dan Peraturan
Norma adalah suatu ketentuan yang menjadi kesepakatan bersama, sedangkan peraturan adalah suatu ketentuan yang secara resmi dikeluarkan oleh pimpinan. Begitu juga dalam berpakaian, ada ketentuan yang resmi dikeluarkan, namun juga ada norma yang sudah menjadi kebiasaan yang umum berlaku. Pakaian kerja pegawai bank secara umum adalah pakaian kerja kantor , dengan baju berwarna muda, dengan celana gelap dan memakai dasi, terutama bagi staf ke atas.
5. Apik
Apik berarti necis dan sedap dipandang. Bersih dan serasih, serta pantas dan sesuai dengan pemakainya. Jika karyawan bank tampak apik akan menambah penilaian atas diri karyawan itu sendiri dan bank tempatnya bekerja.
6. Rapih
Pakaian kerja yang bersih dan elok, namun jika sipemakai orangnya tidak rapih, tentu akan memberikan kesan yang masih kurang memuaskan bagi yang melihatnya. Karena itu karyawan bank harus menjaga kerapihan pakaiannya.

Hal-hal yang harus dihindari seorang Customer Service Officer dalam berpakaian adalah:
1. Kancing Baju Dilepas
Kebiasaan melepaskan kancing baju, apalagi sampai beberapa buah sehingga memperlihatkan sebagian bulu dada, adalah tidak pantas bagi karyawan bank. Gaya pakaian begini hanya cocok untuk orang yang bergaya “preman”.
2. Urakan
Gaya urakan biasanya lebih cocok bagi seniman, seperti pelukis dan penyair. Yaitu dengan gaya “semau gue”, tanpa terikat dengan segala macam peraturan sopan santun berpakaian. Misalnya rambut yang dibiarkan tumbuh panjang, baju berwarna mencolok, dan celana dengan gaya “amburadul”.
3. Saku Penuh
Ada kebiasaan seseorang yang memenuhi saku baju dan celananya dengan berbagai benda keperluan sehari-hari, seperti rokok, korek api, sapu tangan, pulpen beberapa buah, notes, serta beberapa benda lain sehingga ada kesan sarat dan penuh. Ini juga member kesan sesak dan pengap bagi yang melihatnya.
4. Assesori Berlebihan
Assesori adalah pemanis jika ia dipakai oleh wanita pekerja dengan jumlah yang pantas. Tetapi kalau dipakai hingga memenuhi dada, gelang memenuhi pergelangan tangan, maka hal ini hanya pantas bagi wanita nyentrik , atau artis atau bangsa Gipsi yang terkenal menjadi pengelana. Karena itu kenakanlah asseori sekedarnya saja.
5. Lengan Baju Tergulung
Kebiasaan menggulung lengan baju bagi sementara kaum pria, tidak dapat dibenarkan dalam pakaian kerja bank. Termasuk mengeluarkan baju, kecuali baju batik yang memang dibuat dengan mode keluar. Serta sepatu sandal dan kaos kaki dengan warna mencolok.

8. Etiket Bertelepon
Siapapun sudah tahu cara menggunakan dan berbicara di telepon. Karena benda yang satu ini memang sangat familiar di antara alat komunikasi lainnya. Tetapi, meskipun berbicara di telepon itu mudah, ada etiket dan aturan tersendiri. Kita tidak bisa langsung 'nyerocos' ini itu begitu ada nada 'hallo' di seberang sana.
Sekalipun kita bukan operator telepon, kita perlu tahu aturan dalam bertelepon. Karena apapun pekerjaan kita, pasti tak terlepas dari urusan komunikasi terutama melalui media telepon.
Kegunaan telepon di sebuah kantor sangat begitu penting. Dengan telepon, kita dapat memperoleh informasi penting dari luar dan juga sebaliknya. Kita dapat memberikan informasi ke luar secara lisan tanpa perlu bertatap muka. Untuk seorang Public Relations atau cso, kegunaan telepon sangat dibutuhkan sekali. Oleh karena itu, seorang Public Relations harus mengetahui beberapa hal mengenai etiket bertelepon.
Berikut ini etiket bicara di telepon, baik dalam menelepon maupun 'menjawab' telepon.
1. Menelepon
a. Ucapkan salam begitu telepon diangkat di seberang sana. Misalnya 'selamat pagi', 'selamat siang', dst. Jangan sampai ketika telepon diangkat kita langsung pada pembicaraan, seperti "Saya mau membicarakan masalah utang piutang dengan...." Kalau kita melakukannya, kita bisa dianggap kurang sopan
b. Setelah mengucapkan salam, sebutkan identitas diri kita dengan jelas lalu kemukakan keinginan kita untuk berbicara dengan orang yang kita tuju. Misalnya "Saya Rina dari PT. Cipta Bahagia, bisa bicara dengan Ibu Shanty di bagian billing...?" Jangan langsung 'menuduh' "Ini Ibu Shanty ya..?"
c. Ucapkan terima kasih jika kita disuruh menunggu. Jangan menggerutu atau ingin buru-buru, misalnya "Cepetan ya penting nih..!" Jika ternyata orang yang kita cari tidak ada di tempat, sampaikan keinginan kita untuk meninggalkan pesan. Sebelumnya tanyakan dulu "Apakah saya bisa meninggalkan pesan..?. Jika bisa, beritahukan pesan kita dengan jelas. Jangan lupa sebutkan identitas diri kita sekali lagi, seperti nama, nomor telepon, dan alamat kantor.
d. Ucapkan terima kasih dan salam untuk mengakhiri pembicaraan.

2. Menjawab Telepon
a. Ucapkan salam begitu kita mengangkat telepon. Jangan mengangkat telepon sebelum lebih dari tiga kali deringan. Kemudian sebutkan nama kita dan perusahaan. Misalnya, "Selamat siang, PT. Biru Laut dengan Dewi, bisa saya bantu?"
b. Bila si penelepon menanyakan keberadaan orang lain, tanyakan terlebih dulu siapa namanya sebelum kita memberitahukan keberadaan orang yang dicarinya. Seperti, "Maaf dengan siapa saya bicara..?"
c. Bila orang yang dituju tidak ada di tempat, beritahukan dengan sopan dan tawarkan padanya untuk meninggalkan pesan. "Maaf Pak Rudi sedang tidak ada di tempat. Anda mau meninggalkan pesan..?" Jika ia meninggalkan pesan, catat isi pesannya dengan jelas. Jangan pernah lupa mencatat nama dan nomor telepon si penelepon
d. Pastikan si penelepon percaya bahwa kita akan menyampaikan pesannya dengan baik. "Saya akan segera sampaikan pesan Anda.." Kemudian ucapkan salam ketika mengakhiri pembicaraan
Pada intinya usahakan untuk selalu sopan dalam berbicara di telepon. Ingat, meskipun tidak bertatap muka secara langsung, dari nada dan cara kita bicara di telepon, orang akan mudah membaca karakter kita. Maka jangan lupakan etiket bertelepon.
Hal-hal yang HARUS dilakukan atau diperhatikan oleh Public Relations dalam etiket bertelepon antara lain:
a. Menyiapkan bahan pembicaraan sebelum menelepon
b. Mengucapkan salam sebagai pembuka kata
c. Menggunakan nada suara yang ramah dan wajar
d. Menyebutkan identitas diri atau bank kita
e. Melakukan pembicaraan yang ringkas dan tertuju pada soal yang penting saja
f. Menggunakan kalimat atau kata-kata yang jelas, tidak bertele-tele, dan mudah dipahami
g. Menggunakan bahasa yang baik dan volume suara yang cukup
h. Mengakhiri setiap pembicaraan dengan ucapan terima kasih ataupun “selamat pagi/siang/sore”

Hal-hal yang JANGAN ATAU TIDAK BOLEH dilakukan oleh Public Relations dalam etiket bertelepon antara lain:
a. Menganggap bahwa panggilan telepon merupakan gangguan pekerjaan
b. Membiarkan pesawat telepon berdering terlalu lama
c. Menggunakan kalimat bernada perintah
d. Menggunakan suara yang keras dan bernada kesal/marah
e. Membicarakan hal-hal yang bersifat rahasia
f. Melakukan pembicaraan dengan seseorang sambil menelepon dengan orang lain
g. Melakukan pembicaraan terlalu cepat sehingga sulit dipahami
h. Menghentikan pembicaraan yang masih belum selesai secara tiba-tiba, dan
i. Menutup gagang telepon dengan keras sehingga menimbulkan suara

Pinocchio
Carlo Collodi

Geppetto, a poor old wood carver, was making a puppet from a tree branch. "You shall be my little boy," he said to the puppet, "and I shall call you 'Pinocchio'." He worked for hours, carefully carving each detail. When he reached the mouth, the puppet started making faces at Geppetto. "Stop that, you naughty boy," Geppetto scolded, "Stop that at once !" "I won't stop !" cried Pinocchio.
"You can talk !" exclaimed Geppetto.
"Of course I can, silly," said the puppet. "You've given me a mouth to talk with." Pinocchio rose to his feet and danced on the table top. "Look what I can do !" he squealed.
"Pinocchio, this is not the time to dance," Geppetto explained. "You must get a good night's rest. Tomorrow you will start going to school with the real boys. You will learn many things, including how to behave."
On his way to school the next morning, Pinocchio stopped to see a puppet show. "I
can dance and sing better than those puppets and I don't need strings," boasted Pinocchio. He climbed onto the stage.
"Get off my stage," roared the Puppet Master. Then he noticed how much the crowd liked Pinocchio. He did not say anything and let Pinocchio stay. "Here, you've earned five copper coins," the Puppet Master told Pinocchio.
"Take these coins and go straight home," said the Puppet Master. Pinocchio put the coins into his sack.
He did not go very far before he met a lame Fox and a blind Cat. Knowing that Pinocchio had money, they pretended to be his friends. "Come with us. We'll teach you how to turn those copper pieces into gold," coaxed the sneaky Cat.
"We want to help you get rich. Plant your coins under this magic tree. In a few hours they'll turn to gold," said the Fox.
"Show me where," said Pinocchio excitedly. The Cat and Fox pointed to a patch of loose dirt. Pinocchio dug a hole and put the sack in it, marking the spot with a stone.
"Splendid !" exclaimed the Cat. "Now let's go to the inn for supper." After supper, the Fox and Cat, who weren't really lame or blind, quickly snuck away and disguised themselves as thieves. They hid by the tree waiting for Pinocchio to come back and dig up the money. After Pinocchio dug up the coins they pounced on him.
"Give us your money !" they ordered. But Pinocchio held the sack between his teeth and resisted to give the sack to them. Again they demanded, "Give us your money !"
Pinocchio's Guardian Fairy, who was dressed all in blue and had blue hair, sent her dog, Rufus, to chase the Fox and Cat away. She ordered Rufus to bring Pinocchio back to her castle. "Please sit down," she told Pinocchio. Rufus kept one eye open to watch what was going on.
"Why didn't you go to school today?" she asked Pinocchio in a sweet voice.
"I did," answered Pinocchio. Just then, his nose shot out like a tree branch. "What's happening to my nose?" he cried.
"Every time you tell a lie, your nose will grow. When you tell the truth, it will shrink," said the Blue Fairy. "Pinocchio, you can only become a real boy if you learn how to be brave, honest and generous."
The Blue Fairy told Pinocchio to go home and not to stop for any reason. Pinocchio tried to remember what the Blue Fairy told him.
On the way to home he met some boys. "Come with us," said the boys. "We know a wonderful place filled with games, giant cakes, pretty candies, and circuses." The boys didn't know that if you were bad, you were turned into donkeys and trained for the circus.
It was not very long before the boys began changing into donkeys. "That's what happens to bad boys," snarled the Circus Master as he made Pinocchio jump through a hoop.
Pinocchio could only grow a donkey's ears, feet, and tail,
because he was made of wood. The Circus Master couldn't sell
him to any circus. He threw Pinocchio into the sea. The instant
Pinocchio hit the water, the donkey tail fell off and his own ears
and feet came back. He swam for a very long time. Just when he
couldn't swim any longer, he was swallowed by a great whale.
"It's dark here," scared Pinocchio said.
Pinocchio kept floating deep into the whale's stomach. "Who's
there by the light?" called Pinocchio, his voice echoing.
"Pinocchio, is that you?" asked a tired voice.
"Father, you're alive !" Pinocchio shouted with joy. He wasn't scared anymore. Pinocchio helped Geppetto build a big raft that would hold both of them. When the raft was finished, Pinocchio tickled the whale. "Hold tight, Father. When he sneezes, he'll blow us out of here !" cried Pinocchio.
Home at last, Geppetto tucked Pinocchio into his bed. "Pinocchio, today you were brave, honest and generous," Geppetto said. "You are my son and I love you."
Pinocchio remembered what the Blue Fairy told him. "Father, now that I've proven myself, I'm waiting for something to happen," he whispered as he drifted off to sleep.
The next morning Pinocchio came running down the steps, jumping and waving his arms. I He ran to Geppetto shouting,
"Look Father, I'm a real boy !"

Snow White and the Seven Dwarfs
Grimm Brothers

One winter's day, when the snow was falling, a beautiful queen sat sewing by a window. As she looked out on to the white garden she saw a black raven, and while she looked at it she accidentally
pricked her finger with the needle. When she saw the drop of blood she thought to herself, "How wonderful it would be if I could have a little girl whose skin was as white as the snow out there, her hair as black as the raven and her lips as red as this drop of blood."
Not long afterwards the queen had a baby daughter, and when she saw her jet black hair, snowy white skin and red red lips she remembered her wish and called her Snow White.
Snow White grew up to be a pretty child, but sadly, after a few years, her mother
died and her father married again. The new queen, Snow White's stepmother,.' was a beautiful woman too, but she was very vain. More than anything else she wanted to be certain that she was the most beautiful woman in the world. She had a magic mirror, and she used to look at herself in it each clay and say:
"Mirror, mirror on the wall,
Who is the fairest one of all?"
and the mirror would always reply,
"You, oh Queen, are the fairest one of all."
The queen would smile when she heard this for she knew the mirror never failed to speak the truth.
The years passed. Each year Snow White grew prettier and prettier, until one day, her stepmother looked in the magic mirror and said,
"Mirror, mirror on the wall,
Who is the fairest one of all?"
and the mirror replied,
"You, oh Queen, are fair, 'tis true,
But Snow White is fairer now than you."
The queen was angry and jealous. In a terrible rage she decided that Snow White should be killed.
She called for a hunter and told him to take Snow White far into the forest and to kill her there. In order to prove that Snow White was indeed dead, she commanded him to cut out Snow White's heart and bring it back to her. The hunter was very sad. Like everyone in the king's household he loved Snow White, but he knew he must obey his orders. He took her deep into the forest and, as he drew his knife, Snow White fell to her knees.
"Please spare my life," she begged. "Leave me here. I'll never return to the palace, I promise." The hunter agreed gladly. He was sure the queen would never know he had disobeyed her. He killed a young deer and cut out its heart and took this to the queen, pretending it was Snow White's heart.
Poor Snow White was tired, lonely and hungry in the forest. She wandered through the trees, hoping she would find enough berries and nuts to keep herself alive. Then she came to a clearing and found a little house. She thought it must be a woodman's cottage where she might be able to stay, so she knocked at the door. When there was no answer, she opened it and went inside.
There she saw a room all spick and span with a long table laid with seven places — seven knives and forks, seven wooden plates and drinking cups, and on the plates and in the cups were food and drink. Snow White was so hungry she could not bear to leave the food untouched so she took a little from each plate and each cup. She did not want to empty one person's plate and cup only.
Beyond the table were seven little beds all neatly made. She tried out some of them, and when she found one that was comfortable, she fell into a deep sleep, for she was exhausted by her long journey through the forest.
The cottage was the home of seven dwarfs. All day long they worked in a nearby mine digging diamonds from deep 'inside the mountain.
When they returned home that evening, they were amazed to see that someone had been into their cottage and had taken some food and drink from each place at their table. They were also surprised to find their beds disturbed, until one dwarf called out that he had found a lovely girl asleep on his bed. The Seven Dwarfs gathered round her, holding their candles high, as they marvelled at her beauty. But they decided to leave her sleeping for they were kind men.
The next morning Snow White awoke and met the dwarfs, and she told them her story. When she explained how she now had no home, the dwarfs immediately asked her whether she would like to stay with them.
"With all my heart, I'd love to do that," Snow White replied, happy that she now had a home, and she hoped she could be of help to these kind little people.
The dwarfs suspected that Snow White's stepmother, the wicked queen, had magic powers and they were worried that she would find out that Snow White had not been killed by the hunter. They warned Snow White that when she was alone all day she should be wary of strangers who might come to the cottage.
Back at the palace the queen welcomed the hunter when he returned with the deer's heart. She was happy that now she was once more the most beautiful woman in the world. As soon as she was alone, she looked in her magic mirror and said, confidently,
"Mirror, mirror on the wall,
Who is the fairest one of all?"
To her horror, the mirror replied,
"You, oh Queen, are fair, 'tis true,
But Snow White is fairer still than you."
The queen trembled with anger as she realized that the hunter had tricked her. She decided that she would now find Snow White and kill her herself.
The queen disguised herself as an old pedlar woman with a tray of ribbons and pretty things to sell and she set out into the forest. When she came to the dwarfs' cottage in the clearing, she knocked and smiled a wicked smile when she saw Snow White come to the door.
"Why, pretty maid," she said pleasantly, "won't you buy some of the wares I have to sell? Would you like some ribbons or buttons, some buckles, a new lacing for your dress perhaps?"
Snow White looked eagerly at the tray.
The queen could see that she was tempted by the pretty lacing and so she asked if she could help to tie it on for her. Then she pulled the lacing so tight that Snow White could not breathe, and fell to the floor, as if she were dead. The queen hurried back to her palace, sure that this time Snow White was really dead.
When the dwarfs came home that evening, they found Snow White lying on the floor, deathly pale and still. Horrified, they gathered around her. Then one of them spotted that she had a new lacing on her dress, and that it was tied very tightly. Quickly they cut it. Immediately Snow White began to breathe again and colour came back to her cheeks. All seven dwarfs heaved a tremendous sigh of relief as by now they loved her clearly. After this they begged Snow White to allow no strangers into the cottage while she was alone, and Snow White promised she would do as they said.
Once again in the palace the queen asked the mirror,
"Mirror, mirror on the wall,
Who is the fairest one of' all?"
And the mirror :replied,
"You, oh Queen, are fair, 'tis true,
But Snow White is fairer still than you."
The queen was speechless with rage. She realized that once more her plans to kill Snow White had failed. She made up her mind to try again.
She chose an apple with one rosy-red side and one yellow side. Carefully she inserted poison into the red part of the apple. Then, disguised as a peasant woman, she set out once more into the forest.
When she knocked at the cottage door, the queen was quick to explain she had not come to sell anything. She guessed that Snow White would have been warned not to buy from anybody who came by. She simply chatted to Snow White and cis Snow White became more at ease she offered her an apple as a present. Snow White was tempted, but she refused, saying she had been told not to accept anything from strangers.
"Let me show you how harmless it is," said the disguised queen. "I will take a bite, and if I come to no harm, you will see it is safe for you too."
She knew the yellow side was not poisoned and took a bite from there. Thinking it harmless, Snow White stretched out her hand for the apple and also took a bite, but from the rosy-red side.
At once Snow White was affected by the poison and fell down as though dead. That evening when the dwarfs returned they were quite unable to revive her. They turned her over to see if her dress had been laced too tightly. But they could find nothing different about her. They watched over her through the night, but when morning came she still lay without any sign of life, and they decided she must be dead. Weeping bitterly, they laid herein a coffin and placed a glass lid over the top so that all could admire her beauty, even though she was dead. Then they carried the coffin to the top of a hill where they took turns to stand guard.
The queen was delighted that day when she looked in her mirror and asked,
"Mirror, mirror on the wall,
Who is the fairest one of all?"
and the mirror replied,
"You, oh Queen, are the fairest one of all."
How cruelly she laughed when she heard those words. Not long after this a prince came riding through the forest and came to the hill where Snow White lay in her glass-topped coffin. She looked so beautiful that he loved her at once and he asked the dwarfs if he might have the coffin and take it to his castle. The dwarfs would not allow him to do this, but they did let the prince kiss her.
As the prince kissed Snow White gently, he moved her head. The piece of poisoned apple fell from her lips. She stirred and then she stretched a little. Slowly she came back to life. Snow White saw the handsome prince kneeling on the ground beside her, and fell in love with him straight away.
Then the queen far away in the palace heard from the mirror,
"You, oh Oueen, are fair, tis true,
But Snow White is fairer still than you."
She was furious that Snow White had escaped death once more. And now the king discovered what mischief she had been up to, and banished her from his land. No one ever saw her or her mirror again.
As for Snow White, she said farewell to her kind friends the dwarfs, and rode away on the back of the prince's horse. At his castle they were married and they both lived happily forever afterwards.

Ni tugas waktu smstr 4, padahal cm penelitian sederhana, tapi pusingggg bikinnya...
Akhirnya selesai juga..yeiyyyy..
Oia, makasi kami ucapkan bwt Bpk DR. Nurhasyim selaku dosen Metodologi Penelitian.





LAPORAN PENELITIAN



KEENGGANAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
JURUSAN AKUNTANSI
MENGENAKAN KEMEJA ATAU BAJU BERKERAH

Oleh:
1. Dwi Purnomo Nugroho
2. Indah Lestari
3. Iwan Sofyan


Laporan Penelitian Disusun
untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metode Penelitian

JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
JUNI 2009
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Saat ini banyak mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta khususnya Jurusan Akuntansi yang kurang memperhatikan peraturan pendidikan di Politeknik Negeri Jakarta. Salah satunya adalah masalah kerapihan dan kesopanan dalam berpakaian. Banyak mahasiswa Jurusan Akuntansi di Politeknik Negeri Jakarta yang lebih memilih untuk mengenakan kaos oblong atau baju tidak berkerah.
Seperti kita ketahui bersama, di dalam buku Peraturan Pendidikan Diploma III dan IV Politeknik Negeri Jakarta terdapat peraturan yang mengharuskan mahasiswa mengenakan kemeja atau baju berkerah. Sesuai dalam BAB VII mengenai Tata Tertib, bagian ke-2 Tata Tertib Umum Pasal 25c, yang berbunyi ”Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta wajib memiliki disiplin tinggi dalam hal berpakaian sopan dan berpenampilan rapih, yaitu memakai kemeja atau kaos berkerah dan berlengan, bercelana panjang rapih atau memakai rok panjang sampai bawah lutut ( untuk wanita ).”
Untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi mahasiswa yang kurang memperhatikan peraturan pendidikan Politeknik Negeri Jakarta ( berpakaian sopan dan berpenampilan rapi ) serta enggannya mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Akuntansi mengenakan kemeja atau kaos berkerah, dipandang perlu untuk dilakukan penelitian tentang hal tersebut. Karena itulah, penelitian ini akan menginvestigasi ”keengganan mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Akuntansi mengenakan kemeja atau baju berkerah”.

1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan penelitian ini adalah Keengganan mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta mengenakan kemeja atau baju berkerah. Adapun, perumusan masalahnya adalah ”apa penyebab mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta enggan mengenakan kemeja atau baju berkerah?” dan ”bagaimana cara mengurangi jumlah mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah?”.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peraturan Pendidikan Politeknik Negeri Jakarta
Menurut buku Peraturan Pendidikan Diploma III dan IV Politeknik Negeri Jakarta ( 2007 : 17 ) ”Mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta wajib memiliki disiplin tinggi dalam hal : berpakaian sopan dan berpenampilan rapi yaitu : memakai kemeja atau kaos berkerah dan berlengan .....”
Peneliti juga berpendapat bahwa kerapihan adalah hal yang sangat penting, terutama untuk Jurusan Akuntansi. Penampilan akan sangat diutamakan, mengingat lulusan program study D III yang ada di Jurusan Akuntansi dipersiapkan untuk siap memasuki dunia kerja. Dalam dunia kerja, kerapihan adalah hal yang mutlak dibutuhkan.Oleh karena itu Politeknik Negeri Jakarta selaku lembaga pendidikan formal sudah seharusnya mendidik mahasiswanya untuk lebih disiplin terutama dalam hal kerapihan berpakaian.




BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penyebab mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta enggan mengenakan kemeja atau baju berkerah dan mengetahui solusi yang tepat agar jumlah mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta yang enggan mengenakan kemeja atau baju berkerah berkurang.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak.
a. Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Jakarta akan mengetahui penyebab mahasiswa enggan mengenakan kemeja atau baju berkerah.
b. Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Jakarta akan mengetahui solusi yang tepat agar jumlah mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta yang enggan mengenakan kemeja atau baju berkerah berkurang.






BAB IV
METODE PENELITIAN

Dalam upaya mencapai tujuan penelitian, yakni mengetahui penyebab mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta enggan mengenakan kemeja atau baju berkerah dan mengetahui solusi yang tepat agar jumlah mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta yang enggan mengenakan kemeja atau baju berkerah berkurang dimanfaatkan penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif dipandang tepat digunakan karena penelitian deskriptif dapat digunakan untuk mengetahui kondisi variabel. Dalam penelitian ini, variabelnya adalah Keengganan mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta mengenakan kemeja atau baju berkerah. Sehubungan dengan penelitian deskriptif, Sugiyono (2006: 11) mengemukakan bahwa penelitian deskriptif adalah penelitian yang dapat digunakan untuk mengetahui nilai variabel mandiri tanpa bermaksud mencari hubungan atau membandingkan.
Dalam penelitian ini, datanya adalah fakta yang berhubungan dengan keengganan mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta mengenakan kemeja atau baju berkerah.
Sumber data yang digunakan adalah mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Akuntansi. Karena jumlah mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta cukup besar. Peneliti menentukan sumber datanya adalah para mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Akuntansi. Jumlah sumber data ditentukan tujuh puluh lima koresponden.
Data dikumpulkan dengan kuesioner. Adapun, analisis datanya digunakan analisis statistik deskriptif. Analisis statistik deskriptif adalah analisis data dengan cara mendeskripsikan data sebagaimana adanya. Dalam analisis deskriptif tersebut akan dapat diketahui frekuensi, persentasi, median, mean, dan modus tentang berbagai hal yang berhubungan dengan kondisi data.






BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dideskripsikan sebagai berikut.
5.1.1 Pengetahuan mahasiswa mengenai peraturan Politeknik Negeri Jakarta yang mengharuskan mahasiswa mengenakan kemeja atau baju berkerah.
Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa
a. Dari 75 koresponden, semua koresponden menyatakan mengetahui bahwa Politeknik Negeri Jakarta memiliki peraturan yang mengharuskan mahasiswa mengenakan kemeja atau baju berkerah.
b. Dari 75 koresponden, tidak ada koresponden yang menyatakan tidak mengetahui bahwa Politeknik Negeri Jakarta memiliki peraturan yang mengharuskan mahasiswa mengenakan kemeja atau baju berkerah
c. Dari 75 koresponden, 74 koresponden menyatakan pernah tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah pada saat jam kuliah berlangsung.
d. Dari 75 koresponden, 1 koresponden menyatakan tidak pernah tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah pada saat jam kuliah berlangsung.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa mengetahui bahwa Politeknik Negeri Jakarta memiliki peraturan yang mengharuskan mahasiswa mengenakan kemeja atau baju berkerah dan juga menyatakan pernah tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah.


5.1.2 Seberapa sering mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Akuntansi tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah dalam seminggu?
Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa :
a. Dari 75 koresponden, 8 koresponden menyatakan bahwa mereka tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah 1 kali dalam seminggu.
b. Dari 75 koresponden, 13 koresponden menyatakan bahwa mereka tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah 2 kali dalam seminggu.
c. Dari 75 koresponden, 23 koresponden menyatakan bahwa mereka tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah 3 kali dalam seminggu.
d. Dari 75 koresponden, 14 koresponden menyatakan bahwa mereka tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah 4 kali dalam seminggu.
e. Dari 75 koresponden, 17 koresponden menyatakan bahwa mereka tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah 5 kali dalam seminggu.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa rata-rata setiap mahasiswa tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah 3 kali dalam seminggu.

5.1.3 Alasan mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Akuntansi enggan mengenakan kemeja atau baju berkerah.
Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa
a. Dari 75 koresponden, 19 koresponden menyatakan bahwa mereka enggan mengenakan kemeja atau baju berkerah karena tidak ada sanksi dari dosen.
b. Dari 75 koresponden, 4 koresponden menyatakan bahwa mereka enggan mengenakan kemeja atau baju berkerah karena tidak memiliki baju berkerah yang cukup banyak.
c. Dari 75 koresponden, 49 koresponden menyatakan bahwa mereka enggan mengenakan kemeja atau baju berkerah karena merasa lebih nyaman
d. Dari 75 koresponden, 1 koresponden menyatakan bahwa mereka tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah karena agar terlihat lebih gaul
e. Dari 75 koresponden, 22 koresponden menyatakan bahwa mereka tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah karena tergantung mood, butuh kebebasan, agar tidak ribet, dan karena tidak berpengaruh kepada kualitas belajar.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa alasan sebagian besar mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Akuntansi enggan mengenakan kemeja atau baju berkerah karena merasa lebih nyaman jika tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah.

5.1.4 Sanksi bagi mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Akuntansi yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah.
a. Dari 75 koresponden, 2 koresponden menyatakan bahwa sangat perlu adanya sanksi bagi mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah.
b. Dari 75 koresponden, 8 koresponden menyatakan bahwa perlu adanya sanksi bagi mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah.
c. Dari 75 koresponden, 10 koresponden menyatakan bahwa kurang perlu adanya sanksi bagi mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah.
d. Dari 75 koresponden, 52 koresponden menyatakan bahwa tidak perlu adanya sanksi bagi mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah.
Hasil penelitian ini menginformasikan bahwa sebagian besar mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Akuntansi menganggap tidak perlu adanya sanksi bagi mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah.

a. Dari 75 koresponden, 4 koresponden menyatakan bahwa sanksi yang sesuai bagi mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah adalah dikenakan kompensasi.
b. Dari 75 koresponden, 5 koresponden menyatakan bahwa sanksi yang sesuai bagi mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah adalah tidak diperbolehkan mengikuti perkuliahan.
c. Dari 75 koresponden, 4 koresponden menyatakan bahwa sanksi yang sesuai bagi mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah adalah diberikan surat peringatan.
d. Dari 75 koresponden, 54 koresponden menyatakan bahwa sanksi yang sesuai bagi mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah adalah ditegur.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa menurut mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Akuntansi, sanksi yang sesuai untuk mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah adalah di tegur saja.


5.2 Pembahasan
Hasil-hasil penelitian ini telah dideskripsikan pada bagian sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut kita dapat mengetahui bahwa penyebab keengganan mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Akuntansi mengenakan kemeja atau baju berkerah ditentukan oleh berbagai faktor, seperti : tidak adanya sanksi tegas dari dosen, merasa lebih nyaman dengan kaos oblong, dan kurangnya kesadaran mahasiswa berpakaian rapi di lingkungan kampus.
Peneliti berpendapat bahwa sebagian besar mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Akuntansi kurang memahami dan menyadari pentingnya kerapihan dalam berpakaian, hal tersebut akan sangat bermanfaat bagi mahasiswa itu sendiri ketika memasuki dunia kerja nanti.




BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
 Dari 75 koresponden, semua koresponden menyatakan mengetahui bahwa Politeknik Negeri Jakarta memiliki peraturan yang mengharuskan mahasiswa mengenakan kemeja atau baju berkerah.
 Dari 75 koresponden, tidak ada koresponden yang menyatakan tidak mengetahui bahwa Politeknik Negeri Jakarta memiliki peraturan yang mengharuskan mahasiswa mengenakan kemeja atau baju berkerah
 Dari 75 koresponden, 74 koresponden menyatakan pernah tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah pada saat jam kuliah berlangsung.
 Dari 75 koresponden, 1 koresponden menyatakan tidak pernah tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah pada saat jam kuliah berlangsung.
 Dari 75 koresponden, 8 koresponden menyatakan bahwa mereka tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah 1 kali dalam seminggu.
 Dari 75 koresponden, 13 koresponden menyatakan bahwa mereka tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah 2 kali dalam seminggu.
 Dari 75 koresponden, 23 koresponden menyatakan bahwa mereka tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah 3 kali dalam seminggu.
 Dari 75 koresponden, 14 koresponden menyatakan bahwa mereka tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah 4 kali dalam seminggu.
 Dari 75 koresponden, 17 koresponden menyatakan bahwa mereka tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah 5 kali dalam seminggu.
 Dari 75 koresponden, 19 koresponden menyatakan bahwa mereka enggan mengenakan kemeja atau baju berkerah karena tidak ada sanksi dari dosen.
 Dari 75 koresponden, 4 koresponden menyatakan bahwa mereka enggan mengenakan kemeja atau baju berkerah karena tidak memiliki baju berkerah yang cukup banyak.
 Dari 75 koresponden, 49 koresponden menyatakan bahwa mereka enggan mengenakan kemeja atau baju berkerah karena merasa lebih nyaman
 Dari 75 koresponden, 1 koresponden menyatakan bahwa mereka tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah karena agar terlihat lebih gaul
 Dari 75 koresponden, 22 koresponden menyatakan bahwa mereka tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah karena tergantung mood, butuh kebebasan, agar tidak ribet, dan karena tidak berpengaruh kepada kualitas belajar.
 Dari 75 koresponden, 2 koresponden menyatakan bahwa sangat perlu adanya sanksi bagi mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah.
 Dari 75 koresponden, 8 koresponden menyatakan bahwa perlu adanya sanksi bagi mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah.
 Dari 75 koresponden, 10 koresponden menyatakan bahwa kurang perlu adanya sanksi bagi mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah.
 Dari 75 koresponden, 52 koresponden menyatakan bahwa tidak perlu adanya sanksi bagi mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah.
 Dari 75 koresponden, 4 koresponden menyatakan bahwa sanksi yang sesuai bagi mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah adalah dikenakan kompensasi.
 Dari 75 koresponden, 5 koresponden menyatakan bahwa sanksi yang sesuai bagi mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah adalah tidak diperbolehkan mengikuti perkuliahan.
 Dari 75 koresponden, 4 koresponden menyatakan bahwa sanksi yang sesuai bagi mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah adalah diberikan surat peringatan.
 Dari 75 koresponden, 54 koresponden menyatakan bahwa sanksi yang sesuai bagi mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah adalah
 Sebagian besar mahasiswa mengetahui bahwa Politeknik Negeri Jakarta memiliki peraturan yang mengharuskan mahasiswa mengenakan kemeja atau baju berkerah dan juga menyatakan pernah tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah.
 Rata-rata setiap mahasiswa tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah 3 kali dalam seminggu.
 Alasan sebagian besar mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Akuntansi enggan mengenakan kemeja atau baju berkerah karena merasa lebih nyaman jika tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah.
 Sebagian besar mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Akuntansi menganggap tidak perlu adanya sanksi bagi mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah.
 Menurut mahasiswa Politeknik Negeri Jakarta Jurusan Akuntansi, sanksi yang sesuai untuk mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau baju berkerah adalah di tegur saja.

6.2 Saran
Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Jakarta perlu memberikan penjelasan dan sosialisasi secara lebih rinci dan gamblang kepada mahasiswa tentang peraturan pendidikan Politeknik Negeri Jakarta yang mengharuskan mahasiswanya berpakaian sopan dan rapi. Selain itu, pihak Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Jakarta juga perlu memberikan sanksi yang tegas kepada mahasiswa yang tidak mengenakan kemeja atau kaos berkerah agar mahasiswa tidak meremehkan peraturan tersebut sehingga kedisiplinan di Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Jakarta tercipta dengan baik.





DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pendidikan Diploma III dan IV Politeknik Negeri Jakarta Nomor : 195/K7/SK/2007 tentang Tata Tertib Umum.
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung. CV ALFABETA
www.google.co.id
www.pnj.ac.id




LAMPIRAN
Lampiran 1
Kuesioner Penelitian
KEENGGANAN MAHASISWA POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
MENGENAKAN BAJU ATAU PAKAIAN BERKERAH
Pengantar
• Mohon kesediaan Anda mengisi kuesioner penelitian ini.
• Mohon Anda memberikan jawaban pada beberapa pertanyaan berikut, dengan memberikan tanda silang atau mengisinya jika diperlukan!

PERTANYAAN:
1. Apakah anda tahu, bahwa peraturan di lingkungan PNJ mengharuskan mahasiswanya mengenakan baju berkerah ?
a. Ya B. Tidak
2. Apakah anda pernah tidak mengenakan baju berkerah ketika jam kuliah di PNJ berlangsung ?
a. Ya B. Tidak
3. Jika jawaban no 2 Ya,Berapa kali dalam seminggu anda tidak mengenakan baju berkerah ?
a. 1 x b. 2 x c. 3 x d. 4 x e .5x
4. Apa alasan anda memilih untuk tidak mengenakan baju berkerah ?(Jawaban boleh lebih dari 1)
a. Tidak ada sanksi dari dosen
b. Tidak memiliki baju berkerah
c. Lebih nyaman
d. Agar terlihat lebih gaul
e. Lainnya………………………………………..
5. Menurut anda, perlukah adanya sanksi bagi mahasiswa PNJ yang tidak mengenakan baju berkerah pada saat jam kuliah ?
a. Sangat perlu
b. Perlu
c. Kurang perlu
d. Tidak perlu


6. Mengapa anda memilih jawaban tersebut (pada no 5) ?
……................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................
7. Menurut anda, sanksi apakah yang sesuai untuk mahasiswa yang tidak mengenakan baju berkerah pada saat jam kuliah ?(Jawaban boleh lebih dari 1)
a. Dikenakan kompensasi
b. Tidak diperbolehkan mengikuti perkuliahan
c. Diberikan Surat Peringatan
d. Lainnya……………………………………………
8. Menurut anda, solusi apakah yang cocok agar dapat mengurangi jumlah mahasiswa yang tidak mengenakan baju berkerah ?
.......................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................

Tugas Kelompok Waktu Smster 5, Mat KUl Pasar Modal
Anggota : Iwan Sofyan, Indah Lestari, Jill Sarah Dewi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian Penawaran Umum

Dalam pasar finansial, initial public offering ( IPO ) ( bahasa Indonesia: penawaran umum perdana ) adalah penjualan pertama saham umum sebuah perusahaan kepada investor umum. Menurut UU No.8 Tahun 1995, penawaran umum ( emisi / go public / initial public offering ) adalah kegiatan penawaran efek yang dilakukan oleh emiten untuk menjual efek kepada masyarakat berdasarkan tatacara yang diatur dalam undang-undang Pasar Modal dan peraturan pelaksanaannya. Perusahaan tersebut akan menerbitkan hanya saham-saham pertama, namun bisa juga menawarkan saham kedua. Biasanya perusahaan tersebut akan merekrut seorang bankir investasi untuk menjamin penawaran tersebut dan seorang pengacara korporat untuk membantu menulis prospektus.
Penjualan saham diatur oleh pihak berwajib dalam pengaturan finansial dan jika relevan, sebuah bursa saham. Biasanya menjadi sebuah persyaratan untuk mengungkapkan kondisi keuangan dan prospek sebuah perusahaan kepada para investor.

1.2 Manfaat Penawaran Umum
Dengan menjadi perusahaan publik, banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh perusahaan, di antaranya :
1. Memperoleh Sumber Pendanaan Baru
Dana untuk pengembangan, baik untuk penarnbahan modal kerja rnaupun untuk ekspansi usaha, adalah faktor yang sering menjadi kendala banyak perusahaan. Dengan menjadi perusahaan publik kendala pendanaan tersebut akan lebih mudah diselesaikan, yaitu: Perolehan dana melalui hasil penjualan saham kepada publik. Dengan cara ini, perusahaan dapat memperoleh dana dalam jumlah yang besar dan diterima sekaligus dengan costoffund yang relatif lebih kecil dibandingkan perolehan dana melalui perbankan. Selain itu di masa menciatang, dengan telah menjadi perusahaan publik, perusahaan juga dapat melaku kan secondary offering tanpa batas.
2. Memberikan Competitive Advantage untuk Pengembangan Usaha
Dengan menjadi perusahaan publik, perusahaan akan memperoleh banyak competitive advantages untuk pengembangan usaha di masa yang akan datang, yaitu antara lain: Melalui penjualan saham kepada publik perusahaan berkesernpatan untuk mengajak para partner kerjanya seperti pemasok (supplier) dan pernbeli (buyer) untuk turut rnenjadi pemegang saharn perusahaan. Dengan demikian, hubungan yang akan terjadi tidak hanya sebatas hubungan bisnis tetapi berkembang menjadi hubungan yang lebih tinggi tingkat kualitas dan loyalitasnya. Hal tersebut disebabkan karena mereka sebagai salah satu pemegang saham akan memberikan komitmen yang lebih tinggi untuk turut serta rnernbantu pengembangan perusahaan di masa Depan.
3. Melakukan merger atau akuisisi perusahaan lain.
Pengembangan usaha melalui merger atau akuisisi merupakan salah satu cara yang cukup banyak diminati untuk mempercpat pengernbangan skala usaha perusahaan. Saham perusahaan publik yang diperdagangkan di bursa rnemiliki nilai pasar tertentu. Dengan demikian, bagi perusahaan publik yang saharnnya diperdagangkan di bursa, pembiayaan untuk merger atau akuisisi dapat lebih rnudah dilakukan yaitu melalui penerbitan saham baru sebagai alat pembiayaan merger atau akuisisi tersbut.
4. Peningkatan Kemarnpuan Going Concern
Kemampuan going concern bagi perusahaan adalah kernampuan untuk tetap dapat bertahan dalam kondisi apapun terrnasuk dalam kondisi yang dapat mengakibatkan bangkrutnya perusahaan, seperti terjadinya kegagalan pembayaran hutang kepada pihak ketiga, perpecahan di antara para pernegang saham pendiri, atau bahkan karena adanya perubahan dinamika pasar yang dapat rnempengaruhi kemampwn perusahaan untuk tetap dapat bertahan di bidang usahanya. Dengan menjadi perusahaan publik, kemampuan perusahaan untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya akan jauh lebih baik dibandingkan dengan perusahaan tertutup seperti pada beberapa contoh berikut ini :
5. Meningkatkan Citra Perusahaan
Dengan gopublicsuatu perusahaan akan selalu mendapat perhatian media dan komunitas keuangan. Hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut mendapat publikasi secara cuma-cuma, sehingga dapat meningkatkan citranya. Peningkatan citra tersebut tentunya akan memberikan dampak positif bagi pengembangan usaha di masa depan. Hal ini sangat dirasakan oleh banyak perusahaan yang berskala kecil menengah karena dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, citra mereka menjadi setara dengan banyak perusahaan besar yang telah memiliki skala bisnis yang besar dan pengalaman historis yang lama.
6. Meningkatkan Nilai Perusahaan
Dengan menjadi perusahaan publik yang sahamnya diperdagangkan di Bursa, setiap saat dapat diperoleh valuasi terhadap nilai perusahaan. Setiap peningkatan kinerja operasional dan kinerja keuangan umumnya akan mempunyai dampak terhadap harga saham di Bursa, yang pada akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan secara keseluruhan.

Manfaat Penawaran Umum Saham
 Dapat mempoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus (tidak dengan termin – termin)
 Biaya go public relatif murah
 Proses relatif mudah
 Pembagian dividen berdasarkan keuntungan
 Penyertaan masyarakat biasanya tidak berminat masuk dalam manajemen
 Perusahaan dituntut lebih terbuka, sehingga hal ini dapat memacu perusahaan untuk meningkatkan profesionalisme
 Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk turut serta memiliki saham perusahaan, sehingga dapat mengurangi kesenjangan sosial
 Emiten akan lebih dikenal oleh masyarakat (go public merupakan media promosi)
 Memberikan kesempatan bagi koperasi dan karyawan perusahaan untuk membeli saham.

Manfaat Penawaran Umum Obligasi
 Dapat memperoleh dana yang relatif besar dan diterima sekaligus (tidak dengan termin – termin)
 Biaya relatif murah
 Proses relatif mudah
 Dengan adanya keterbukaan berarti juga mengharuskan adanya peningkatan profesionalisme
 Emiten akan lebih dikenal masyarakat
 Obligasi merupakan sumber pembiayaan jangka panjang bagi perusahaan, dengan jangka waktu sekurang – kurangnya 3 tahun
 Bisa menggunakan jasa Penanggung (Guarantor) apabila Debt to Equity Ratio (DER) Emiten tinggi
 Pembayaran tingkat bunga dapat dilakukan berdasarkan tingkat bunga tetap dan atau dengan tingkat bunga mengambang.

1.3 Tujuan Penawaran Umum
Tujuan dari Penawaran Umum yang dilakukan oleh perusahaan adalah :
 Perluasan usaha
 Memperbaiki atau mengoptimalkan struktur keuangan dan permodalan
 Menimbulkan rasa kepemilikan (sense of belonging) dari stake holder
 Menjaga kelangsungan usaha dari kemungkinan perpecahan antar founders
 Meningkatkan produktifitas karyawan
 Meningkatkan profesionalisme manajemen
 Meningkatkan company image dan company value

1.4 Konsekuensi Penawaran Umum
1. Berbagi Kepemilikan
Hal ini dapat diartikan bahwa prosentase kepemilikan akan berkurang. Banyak perusahaan yang hendak gopub/icmerasa enggan karena khawatir akan kehilangan kontrol/kendali perusahaan. Sebenarnya ha1 ini tidak perlu dikhawatirkan karena jumlah minimum saham yang dipersyaratkan untuk dijual kepada publik rnelalui proses Penawaran Umum (Initia/ PPUbc Offering/IPO) tidak akan mengurangi kemampuan pemegang saham pendiri untuk tetap dapat mempertahankan kendali perusahaan.
2. Mematuhi Peraturan Pasar Modal yang Berlaku
Pasar modal memang menerbitkan berbagai peraturan. Namun semua ketentuan tersebut pada dasarnya justru akan mernbantu perusahaan untuk dapat berkembang dengan cara yang baik di masa mendatang. Para pemegang saham, pendiri dan manajemen perusahaan tidak perlu khawatir dengan berbagai pemenuhan peraturan tersebut karena cukup banyak pihak profesional yang dapat dimanfaatkan jasanya untuk membantu.

Konsekuensi Penawaran Umum Saham
 Keharusan untuk keterbukaan (full disclosure)
 Keharusan untuk mengikuti peraturan – peraturan Pasar Modal mengenai kewajiban pelaporan
 Gaya manajemen perusahaan berubah dari informal menjadi formal
 Kewajiban membayar dividen
 Senantiasa berusaha untuk meningkatkan tingkat pertumbuhan perusahaan.

Konsekuensi Penawaran Umum Obligasi
 Harus menunjuk Wali Amanat yang akan mewakili kepentingan pemegang obligasi
 Menyisihkan dana pelunasan obligasi (sinking fund)
 Kewajiban melunasi pinjaman pokok dan bunga obligasi dalam waktu yang telah ditentukan oleh Emiten dan Wali Amanat
 Memberitahukan kepada Wali Amanat setiap perubahan yang terjadi yang dapat mempengaruhi perkembangan perusahaan Emiten.

1.5 Proses Penawaran Umum








1. Tahap sebelum emisi
Yang harus dilakukan oleh internal perusahaan :
 Tahap advisory, pada tahap ini manajemen perusahaan meminta persetujuan kepada pemegang saham dalam RUPS atau pemilik untuk go public.
 Tahap untuk menentukan profesi penunjang seperti akuntan publik, penasehat hukum, perusahaan penilai, notaries, petugas registrasi dan printer. Tim yang terbentuk kemudian berkomunikasi dengan BAPEPAM untuk persiapan pernyataan pendaftaran.
 Mempersiapkan kelengkapan dokumen emisi untuk menyiapkan pendaftaran ke BAPEPAM.
 Memilih dan menentukan penjamin emisi efek dan agen penjualan.
 Tahap pengalihan kepemilikan aktiva. Semua aktiva yang masih atas nama pemilik dialihnamakan menjadi atas nama perusahaan.
 Tahap restrukturisasi permodalan.
 Kontrak pendahuluan dengan bursa efek untuk pencatatan saham
 Penandatanganan perjanjian-perjanjian dengan pihak-pihak terkait
 Publik Expose dan Road Show
Tahapan di BAPEPAM :
 Emiten bersama penjamin emisi (underwriter) menyampaikan pernyataan pendaftaran kepada BAPEPAM
 Expose terbatas di BAPEPAM
 BAPEPAM member tanggapan atas kelengkapan dokumen, kecukupan dan kejelasan informasi, serta keterbukaan aspek hukum, akuntansi, keuangan dan manajemen
 Komentar tertulis dari BAPEPAM dalam jangka waktu 45 hari
 Pernyataan pendaftaran dinyatakan efektif

2. Tahapan Saat Emisi
a. Tahapan emisi di Pasar Perdana
 Penawaran umum minimal dilaksanakan dalam 3 hari kerja dan harus selesai selama 60 hari kerja sejak pernyataan efektif
 Penjatahan kepada pemodal oleh penjamin emisi dan emiten jika terjadi kelebihan permintaan dan maksimal selesai dalam jangka waktu 3 hari kerja setelah masa penawaran berakhir
 Terhadap pemesan yang terkena penjatahan, maka akan ada proses pengembalian uang pesanan ( refund ) yang dilaksanakan maksimal 2 hari kerja setelah tanggal penjatahan
 Bukti kepemilikan efek harus tersedia kepada pembeli efek dalam penawaran umum, diserahkan maksimal 2 hari kerja setelah tanggal penjatahan dan untuk efek yang tidak dicatatkan maksimal 5 hari kerja

b. Tahapan emisi di Pasar Sekunder
 Emiten mencatatkan efek di Bursa, dilakukan maksimal 5 hari kerja setelah tanggal penjatahan
 Perdagangan efek di Bursa

3. Tahapan setelah emisi
 Menyerahkan laporan hasil Penawaran Umum ke BAPEPAM maksimal 5 hari kerja setelah tanggal penjatahan
Jangka waktu efektifnya pernyataan pendaftaran sampai dengan disampaikannya laporan hasil Penawaran Umum kepada BAPEPAM maksimal 15 hari kerja
 Menyampaikan laporan berkala, misalnya laporan tahunan dan laporan tengah tahunan
 Menyampaikan laporan kejadian penting dan relevan, misalnya akuisisi dan pergantian direksi.

1.6 Macam - macam Kontrak Emiten dengan Penjamin Emisi Efek
1. Best Effort, yaitu Bentuk Komitmen Penjamin Emisi Efek kepada Calon Perusahaan tercatat untuk menjual dan atau memasarkan saham Perseroan hanya sebatas pada kemampuannya untuk memasarkan dan atau menjual saham calon Perusahaan Tercatat yang ditawarkan.
2. Full Comitment, yaitu Bentuk Komitmen Penjamin Emisi Efek kepada Calon Perusahaan tercatat untuk menjual dan atau memasarkan saham Perseroan dimana Penjamin Emisi Efek mempunyai komitmen penuh untuk menjual dan memasarkan seluruh saham yang ditawarkan, dan berkewajiban membeli sisa efek yang belum terjual.

1.7 Proses Perdagangan Efek pada Pasar Perdana
Pada umumnya proses perdagangan saham dan obligasi pada Pasar Perdana dapat digambarkan sebagai berikut:





Prosedur Penawaran dan Pemesanan Efek di Pasar Perdana
 Penawaran Perdana suatu Saham atau Obligasi suatu perusahaan kepada investor publik dilakukan melalui Penjamin Emisi dan Agen Penjual. Tata cara pemesanan saham atau obligasi seperti, “harga penawaran”, “jumlah saham yang ditawarkan”, “masa penawaran”, dan informasi lain yang penting harus dipublikasikan di surat kabar berskala nasional, dan juga dibagikan ke publik dalam bentuk prospektus.
 Investor yang berminat, dapat memesan Saham atau Obligasi dengan cara menghubungi Penjamin Emisi atau Agen Penjual, dan kemudian mengikuti prosedur yang telah ditetapkan.
 Investor kemudian melakukan pemesanan Saham atau Obligasi tersebut dengan disertai pembayaran.
 Penjamin Emisi dan Agen Penjual kemudian mengumumkan hasil penawaran umum tersebut kepada investor yang telah melakukan pemesanan.
 Proses penjatahan Saham atau Obligasi (biasa disebut dengan “allotment”) kepada investor yang telah memesan dilakukan oleh Penjamin Emisi dan Emiten yang mengeluarkan Saham atau Obligasi. Sehubungan dengan proses penjatahan, ada beberapa istilah yang harus diperhatikan:
“Undersubscribed” adalah kondisi dimana total Saham atau Obligasi yang dipesan oleh investor kurang dari total Saham atau Obligasi yang ditawarkan. Dalam kondisi seperti ini, semua investor pasti akan mendapat Saham atau Obligasi sesuai dengan jumlah yang dipesannya.
“Oversubscribed” adalah kondisi dimana total Saham atau Obligasi yang dipesan oleh investor melebihi jumlah total Saham atau Obligasi yang ditawarkan. Dalam kondisi ini, terdapat kemungkinan investor mendapatkan Saham atau Obligasi kurang dari jumlah yang dipesan, atau bahkan mungkin tidak mendapatkan sama sekali.
 Apabila jumlah Saham atau Obligasi yang didapat oleh investor kurang dari jumlah yang dipesan, atau telah terjadi “oversubscribed”, maka kelebihan dana investor akan dikembalikan (proses ini sering disebut dengan “refund”).
1.8 Ukuran bagi perusahaan yang sukses dalam melakukan Go Public
 Permintaan terhadap efek yang ditawarkan memuaskan (oversubscribe)
 Efek yang ditawarkan cukup likuid di Pasar Sekunder
 Trend harga saham perusahaan tersebut meningkat
 Hubungan baik emiten dan investor terjalin baik, ditandai dengan pemanfaatan dana efektif dan perusahaan berkembang, sehingga menghasilkan keuntungan untuk investor















BAB II
PEMBAHASAN

Study Kasus :
Senin, 12 Januari 2009 | 11:46 WIB
JAKARTA, SENIN — PT Waskita Karya memastikan rencana penjualan saham perdana (IPO) ditunda pada 2009 karena situasi pasar modal yang masih relatif buruk.
"Rasanya tidak memungkinkan dilakukan (IPO) tahun ini, sehingga dijadwalkan tahun 2010," kata Direktur Utama M Choliq di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Senin (12/1).
Waskita karya merupakan salah satu BUMN yang masuk dalam daftar privatisasi melalui skema IPO. Perusahaan itu telah mendapat persetujuan dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada 2008.
Namun, karena pasar modal dalam negeri pada 2008 terpuruk memaksa sejumlah rencana IPO tertunda. "Secara teknis IPO sudah siap, tinggal disesuaikan dengan kondisi pasar saja. IPO kan tidak ada batasan waktu," ujarnya.
Dalam kajian IPO tersebut, jumlah saham yang akan dilepas ke publik mencapai 35 persen dengan perkiraan perolehan dana Rp 600 miliar. Dana hasil IPO sesuai rencana akan dioptimalkan untuk membiayai ekspansi perseroan.
Pada tahun 2009 ujar Choliq, perseroan membutuhkan dana sekitar Rp 20 miliar untuk belanja barang modal (capex). "Capex 2009 sedikit naik dibanding 2008 karena ukuran rencana kerja perseroan lebih besar," katanya.
Akan tetapi, Choliq mengutarakan, pihaknya tetap melihat peluang IPO pada semester II 2009, "Kalau ada kesempatan untuk masuk ya kita realisasikan," demikian Choliq.





PT Waskita Karya adalah Badan Usaha Milik Negara Indonesia yang bergerak di bidang konstruksi. Perusahaan ini berasal dari nasionalisasi perusahaan Belanda Volker Aannemings Maatschappij N.V. pada tahun 1961 dan berubah bentuk menjadi persero pada tahun 1973.

PT Waskita Karya merupakan salah satu BUMN yang masuk dalam daftar privatisasi melalui skema IPO. Privatisasi (istilah lain: denasionalisasi) adalah proses pengalihan kepemilikan dari milik umum menjadi milik pribadi, jadi pemerintah ingin mengalihkan kepemilikan PT Waskita Karya dari perusahaan BUMN menjadi perusahaan yang sahamnya dapat dimiliki oleh masyarakat bebas. PT Waskita Karya telah mendapatkan persetujuan dari DPR pada 2008 untuk melakukan proses Go Public / IPO ( Initial Public Offering ). Namun, menurut informasi yang kami peroleh, sampai saat ini pelaksanaan IPO PT Waskita Karya belum juga terealisasi. Hal ini disebabkan keadaan keuangan perusahaan yang dinilai kurang sehat dan standar akuntansinya belum benar ( terjadi overstatement dalam pencatatan laba).
Menurut Menteri Negara BUMN Sofyan Djalil, overstatenment yang terjadi seperti itu perlu dikoreksi. Beliau menjelaskan kesalahan pencatatan laba tersebut berasal dari proyek-proyek tahun jamak. Laba yang seharusnya masuk dalam pembukuan tahun depan dicatat sebagai laba tahun lalu. Beliau mengatakan "Standar akuntansinyalah yang harus dibereskan", Sebab sebagian besar kontrak BUMN PT Waskita karya merupakan tahun jamak. Agar kesalahan serupa tak terulang lagi.

Untuk mengatasi masalah tersebut, pemerintah menunjuk PT PPA ( Perusahan Pengelola Aset ) untuk mengucurkan dana kepada PT Waskita Karya. Dana yang dikucurkan mencapai Rp 475 miliar. Dana tesebut digunakan untuk menambah modal dan menyehatkan kembali keuangan PT Waskita Karya. Selain itu pemerintah juga memberikan sanksi kepada akuntan publik yang melakukan pencatatan akuntansi keuangan PT Waskita Karya.

Dengan sehatnya perseroan itu, maka rencana perusahaan melakukan penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO) yang sempat tertunda akan segera terealisasi. Banyak pihak yang memprediksi kapan akan terealisasinya IPO PT Waskita Karya. Ada yang memperkirakan tahun 2010, bahkan Deputi Kementerian Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bidang Jasa dan Usahanya Lainnya Muchayat mengatakan bahwa PT Waskita karya merupakan BUMN yang paling lama melakukan privatisasinya. Menurut pendapat kami proses privatisasi PT Waskita Karya memang akan memakan waktu yang lama, mengingat banyak masalah internal yang harus diselesaikan dan juga prosedur yang harus dilakukan relatif lama. Seperti proses pencairan dana PT PPA yang baru diajukan suratnya pada 17 September 2009 lalu dan sedang dalam proses administrasi. Hingga saat ini, kami belum memperoleh informasi bahwa dana kucuran dari PT PPA tersebut telah cair. Setelah dana cairpun PT Waskita Karya masih harus melakukan pembenahan dan restrukturisasi keuangan dengan menggunakan dana dari PT PPA tersebut.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN PRODUK
Produk ( Product ) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Dalam definisi secara luas, produk meliputi objek secara fisik, orang, tempat, organisasi, ide, atau bauran dari semua bentuk-bentuk tadi.

1.2 TINGKAT PRODUK
Perencanaan produk perlu memikirkan produk dan jasa atas tiga tingkatan. Tingkatan yang paling dasar adalah produk inti ( core product ), yang ditujukan untuk menjawab pertanyaan : Apa yang sebenarnya dibeli oleh pembeli? Produk inti terdiri dari manfaat inti untuk pemecahan masalah yang dicari konsumen ketika mereka membeli produk atau jasa. Dalam merancang produk, pemasar mula-mula arus mendefinisikan manfaat nti yang akan disediakan produk ke konsumen.
Selajutnya perencanaan produk harus menciptakan produk aktual ( actual product ) disekitar produk inti. Produk aktual mungkin mempunyai lima karateristik: tingkat kualitas, fitur, rancangan, nama merek, dan kemasan.
Akhirnya, perencanaan produk harus mewujudkan produk tambahan disekitar produk inti dan produk aktual dengan menawarkan jasa dan manfaat tambahan bagi konsumen.

1.3 KLASIFIKASI PRODUK
Produk dan jasa dibagi menjadi dua kelas besar menurut jenis konsumen yang menggunakan yaitu produk konsumen ( consumer products ) dan produk industri ( industrial products ). Dalam definisi secara luas,produk juga meliputi entitas yang dapa dipasarkan seperti organisasi, orang, distribusi, serta ide.
 Produk Konsumen
Produk konsumen adalah produk yang dibeli konsumen akhir untuk konsumsi pribadi. Produk konsumen meliputi produk sehari-hari ( convenience products ), produk shopping ( shopping products ), produk spesial ( specialty products ), sera produk yang tidak dicari ( unsought products ). Produk ini berbeda dalam cara pembelian konsumen, dan oleh karena itu rodk ini pun berbeda dalam cara pemasarannya.
a. Produk sehari-hari adalah produk dan jasa konsumen yang biasanya sering dan cepat dibeli oleh pelanggan dan disertai dengan usaha yang sedikit dalam membandingkan dan membeli. Misalnya, sabun, permen, koran, dan fast food.
b. Produk shopping ( shopping products ) adalah produk dan jasa konsumen yang jarang dibeli, sehingga pelanggan membandngkan kecocokan, kualitas, harga, dan gayanya dengan cermat. Contohnya mebel, pakaian, mobil bekas, peralatan rumah tangga utama, serta jasa hotel dan motel.
c. Produk spesial ( specialty products ) adalah produk konsumen dengan karateristik unik atau identifkasi merek yang dicari oleh kelompok pembeli tertentu, sehingga mereka mau mengeluarkan usaha khusus untuk memperolehnya. Misalnya, merek serta jenis mobil tertentu, peralatan fotografi yang mahal dan sebagainya.
d. Produk yang tdak dicari ( unsought products ) adalah produk konsumen d mana keberadaannya tdak diketahui, atau jika diketahui oleh konsumen pun, tidak terfikir oleh mereka untuk membelinya. Sebagian besar inovasi baru yang yang penting tidak dicari ( unsought ) sampai konsumen menyadarinya lewat iklan.

 Produk Industri
Produk industri ( industrial products ) adalah produk yang dibeli untuk pemrosesan lebih lanjut atau penggunaan yang terkait dengan bisnis. Jadi perbedaan antara produk konsumen dengan produk industri didasarkan pada tujuan dibelinya produk itu. Tiga kelompok produk dan jasa industri meliputi :
a. Bahan dan suku cadang
b. Barang modal
c. Perlengkapan dan jasa.

1.4 LINI PRODUK
Lini Produk merupakan strategi pemasaran untuk menjual beberapa jenis produk. Lini Produk menjual terpisah beberapa produk yang saling berkaitan. Satu lini produk terdiri dari beberapa produk dengan berbagai variasi ukuran, tipe warna, kualitas atau harga.
Line dept ( kedalaman lini ) mengacu pada jumlah varian produk dalam satu lini. Line consistency ( konsistensi lini ) mengacu pada seberapa dekat hubungan antar produk dalam satu lini. Line Vulnerability (tingkat kekuatan lini) mengacu pada presentase penjualan atau keuntungan yang dapat diambil dari seberapa kecil produk dalam satu lini.
Beberapa lini produk berbeda yang dijual oleh satu perusahaan disebut witdh of product mix (rentang bauran produk). Jumlah keseluruhan produk yang dijual pada seluruh lini produk disebut length of product mix.
Penambahan produk baru pada satu lini produk disebut sebagai line extension. Jika line extension memiliki kualitas yang lebih baik dari produk lainnya disebut sebagai tindakan trading up atau brand leveraging. Namun jika line extension tersebut memiliki kualitas dibawah produk lainnya disebut sebagai trading down.
Penanaman citra positif merupakan promosi tingkat tinggi dengan menunjukkan satu citra yang akan mempengaruhi seluruh lini produk. Penanaman citra positif ini biasanya menggunakan satu jenis produk dengan kualitas tertinggi dibanding produk lain dalam satu lini.
Price Lining adalah kegiatan dimana orang menggunakan batasan harga untuk seluruh produk dalam satu lini. Teknik ini biasanya digunakan oleh toko yang menggunakan satu harga untuk seluruh produknya misalnya toko serba lima ribu dimana seluruh barang yang dijual toko tersebut berada dalam kisaran harga lima ribu.

Keputusan Lini Produk
Lini produk adalah sekelompok produk yang saling terkait karena melakukan fungsi yang sama ( mirip ), dijual kepada kelompok pelanggan yabg sama, dipasarkan melalui saluran distribusi yang sama, atau memiliki kisaran harga tertentu. Setiap lini produk biasanya dikelola eksekutif yang berbeda.
1. Analisis lini produk
Manajer lini perlu mengetahui penjualan dan laba dari setiap barang yang ada dalam lininya dan bagaimana lini produknya jika dibandingkan dengan lini produk pesaing.
a. Penjualan dan Laba Lini Produk
Manajer lini produk perlu mengetahui presentase dari penjualan dan laba yang disumbangkan oleh setiap barang (item) dalam lini.
b. Profil Pasar Lini
Manajer lini produk perlu meninjau bagaimana lini produk tersebut diposisikan terhadap lini produk pesaing.
2. Panjang Lini Produk
Masalah yang dihadapi oleh manajer lini produk adalah menentukan panjang lini produk yang optimal. Lini produk dikatakan terlalu pendek jika manajer dapat meningkatkan laba dengan menambah barang, lini produk disebut terlalu panjang apabila manajer dapat menaikkan laba dengan mengeluarkan barang dari lini produk.
Perusahaan dapat memperbesar panjang lini produknya melalui dua cara, yakni dengan memperlebar lini ( line streching ) dan dengan menambahakan barang ke dalam lini ( line filling ).
3. Keputusan Melebarkan Lini
Setiap lini produk perusahaan meliput bagian tertentu dari keseluruhan bagian yang mungkin diliput. Perusahaan dapat melebarkan lininya ke bawah, ke atas atau keduanya.
1) Pelebaran ke bawah (downward strecht)
Banyak perusahaan mula-mula berada pada bagian atas pasar (produk yang ditawarkan berharga mahal) dan kemudian melebarkan lininya kebawah ( ke bagian yang berharga lebih murah ).












Perusahaan mungkin melakukan pelebaran ke bawah karena alasan-alasan berikut
- Perusahaan yang diserang oleh pesaing pada segmen atas dan hendak melancarkan serangan balasan dengan menyerbu segmen bawah yang dikuasai pesaing tersebut.
- Perusahaan merasakan adanya perlambatan pertumbuhan pada segmen atas.
- Perusahaan mula-mula memasuki segmen atas untuk membanagun citra kualitas dan berekspansi ke segmen bawah.
- Perusahaan menambahkan barang untuk segmen bawah (low-end unit) untuk menutup atau mengisi kekosongan penawaran di pasar, yang kalau hal itu tidak dilakukan, akan mebarik minat pesaing baru.
2) Perlebaran ke atas ( upward strecht )
Perusahaan-perusahaan disegmen bawah mungkin berfikir untuk memasuki segmen atas. Mereka mungkin tertarik dengan tingkat pertumbuhan dan margin yang lebih tinggi, atau oleh terbukanya kesempatan untuk mempromosikan diri mereka sebagai pemanufaktur yang melayani semua lini.













3) Pelebaran dua arah ( two-way strecht )
Perusahaan yang melayani pasar menengah mungkin memutuskan untuk memperlebar lininya ke dua arah.











1.5 BAURAN PRODUK
Bauran produk ( product mix ) adalah rangkaian dari semua lini produk dan barang yang ditawarkan dijual tertentu. Bauran produk Terdiri dari semua lini produk dan barang yang ditawarkan penjual tertentu. Suatu bauran produk perusahaan memiliki 4 dimensi penting yaitu : luas, panjang, kedalaman, dan konsistensi.
a. Luas bauran produk berhubungan dengan sejumlah lini produk berbeda yang ditawarkan perusahaan.
b. Panjang bauran produk berhubungan dengan banyaknya jenis barang yang dibuat dalam lini produknya.
c. Kedalaman bauran produk berhubungan dengan sejumlah versi yang ditawarkan masing-masing produk dalam lini.
d. Konsistensi bauran produk berhubungan dengan seberapa erat hubungan berbagai lini produk dalam pemakaian akhir, kebutuhan produksi, saluran distribusi, atau beberapa hal lain.

Dimensi bauran produk ini memberikan kemudahan untuk menentukan strategi produk. Perusahaan dapat meningkatkan bisnisnya dalam 4 cara, yaitu ;

a. Perusahan dapat menambah lini produknya.
b. Perusahaan memperpanjang lini produk yang sudah ada dengan yang lebih lengkap.
c. Perusahaan menambah keragaman tiap produknya sehingga memperdalam bauran produk.
d. Perusahaan dapat menambah atau mengurangi lini produknya, tergantung apakah perusahaan ingin memiliki reputasi kuat dalam satu bidang atau dalam beberapa bidang.








BAB II
PEMBAHASAN

Bauran produk ( product mix ) adalah rangkaian dari semua lini produk dan barang yang ditawarkan dijual tertentu.
PT. Bank Rakyat Indonesia Terbuka mempunyai product mix sebagai berikut :

Lini Produk
SIMPANAN Tabungan Simpedes, BritAma, Tabungan Haji
Giro GiroBRI Rupiah , GiroBRI Valas
Deposito DepositoBRI Rupiah, Deposito On Call (DOC), Deposito BRI Valas
PINJAMAN Mikro Kupedes
Retail KMK, KI, KRETAP, KRESUN, KKB
Pinjaman Menegah Agrobisnis, Bisnis Umum
Program KPR-KPR Bersubsidi
KUR BRI -

Produk Line adalah sekelompok produk yang saling terkait karena melakukan fungsi yang sama (mirip), dijual kepada kelompok pelanggan yang sama, dipasarkan melalui saluran distribusi yang sama, atau memiliki kisaran harga tertentu. Setiap lini produk biasanya dikelola eksekutif yang berbeda.
PT. Bank Rakyat Indonesia Terbuka mempunyai Product Line sebagai berikut :
• Produk Lini dari tabungan adalah Simpedes, BritAma, Tabungan Haji
• Produk Lini dari giro adalah GiroBRI Rupiah , GiroBRI Valas
• Produk Lini dari deposito adalah Deposito On Call (DOC), Deposito BRI Valas , DepositoBRI
Rupiah
• Produk Lini dari mikro adalah kupedes
• Produk Lini dari retail adalah KMK, KI, KRETAP, KRESUN, KKB
• Produk Lini dari pinjaman menengah adalah Agrobisnis, Bisnis umum
• Produk Lini dari program adalah KPR-KPR Bersubsidi



LINI PRODUK
Setiap lini produk perusahaan meliput bagian tertentu dari keseluruhan bagian yang mungkin diliput. Perusahaan dapat melebarkan lininya ke bawah, ke atas atau keduanya.
PT. Bank Rakyat Indonesia Terbuka merupakan perusahaan yang melebarkan lininya keatas karena melihat adanya peluang untuk menarik nasabah agar mendapatkan tingkat pertumbuhan dan margin yang lebih tinggi, atau terbukanya kesempatan untuk mempromosikan diri mereka sebagai pemanufaktur yang melayani semua lini. Produk yang sudah ada adalah BRItama.














( Gambar pelebaran lini keatas yang dilakukan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk )

Tabungan BRI BritAma adalah Tabungan BRI yang penyetoran dan pengambilannya tidak dibatasi baik frekuensi maupun jumlahnya selama saldo mencukupi. BritAma dengan fasilitas ATM BRI Classic merupakan produk yang sudah ada, PT. Bank Rakyat Indonesia Terbuka melebarkan lini produk keatas dengan mengeluarkan BritAma dengan fasilitas ATM BRI Gold. Pada umumnya, fasilitas yang dinikmati oleh nasabah BritAma dengan fasilitas ATM BRI Classic dan nasabah BRItama dengan fasilitas ATM BRI Gold adalah sama, yaitu:

a. Bisa dipergunakan sebagai jaminan kredit bank, sesuai ketentuan.
b. Fasilitas Standing Instruction ( Transfer Dana Otomatis )
1. Automatic Funds Transfer ( AFT )
2. Account Sweep
c. Automatic Grab Fund
d. Kartu BRI bisa dipergunakan selain di ATM BRI, juga dapat dipergunakan pada jaringan ATM Link, Bersama, Prima, Bank Card, dan Cirrus.
e. Kartu BRI dapat digunakan melalui merchant yang berlogo Bank BRI, Maestro, dan Indopay dengan otorisasi PIN, serta merchant berlogo Master Card dengan otorisasi Tanda Tangan
f. Transaksi Phone Banking
g. Layanan informasi dan traksaksi perbankan selama 24 jam
h. Transaksi Mobile Banking
i. Transaksi perbankan selama 24 jam melalui :
1. SMS Banking
2. m-ATM Bersama

Keuntungan Tabungan BritAma :
a. Real Time Online
b. Dapat bertransaksi (setor/ambil) di lebih 2000 unit kerja BRI
c. Mendapatkan buku tabungan untuk memudahkan memonitor dan mengelola dana.
d. Mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program undian berhadiah,
e. Mendapatkan bunga harian, aman, dan dijamin Lembaga Penjaminan Simpanan
f. Gratis Asuransi Kecelakaan Diri (Personal Accident)
g. Dengan ketentuan saldo mengendap minimal Rp.500.000,- (lima ratus ribu rupiah). Bila terjadi klaim, pertanggungan yang diberikan sebesar 250% dari saldo akhir atau maksimal Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah), dan ketentuan lain yang berlaku.
h. Bisa bertransaksi antar unit kerja (TAC) di KC/KCP/BRI Unit Online yang tersebar diseluruh Indonesia
i. Mendapatkan Kartu BRI yang berfungsi sebagai kartu ATM dan Kartu Debit dengan aksesibilitas tinggi, serta berfungsi sebagai alat registrasi Phone Banking dan SMS Banking

Transaksi yang dapat dilakukan dengan kartu BRI :
a. Penarikan tunai
b. Transfer antar rekening
c. Pembelian pulsa isi ulang
d. Pembayaran tagihan selular
e. Pembayaran kredit tanpa agunan/Personal Loan
f. Pembayaran Universitas Terbuka
g. Pembayaran tagihan telpon rumah
h. Pembayaran tagihan PLN
i. Pembayaran tagihan motor

Berikut adalah tabel perbandingan antara BRItama dengan fasilitas ATM BRI Classic dan BRItama dengan fasilitas ATM BRI Gold.



PT. Bank Rakyat Indonesia Terbuka telah melakukan strategi produk dengan pelebaran lini keatas, hal ini dapat dilihat dari :
• Setoran awal yang lebih tinggi
• Limit penarikan tunai per hari yang lebih tinggi
• Limit belanja di merchant per hari yang lebih tinggi
• Biaya bulanan yang lebih tinggi
• Saldo minimum-tidak diblokir yang lebih tinggi





BAB III
KESIMPULAN

Lini produk adalah sekelompok produk yang saling terkait karena melakukan fungsi yang sama ( mirip ), dijual kepada kelompok pelanggan yang sama, dipasarkan melalui saluran distribusi yang sama, atau memiliki kisaran harga tertentu.
Bauran produk ( product mix ) adalah rangkaian dari semua lini produk dan barang yang ditawarkan oleh penjual tertentu. Bauran produk Terdiri dari semua lini produk dan barang yang ditawarkan penjual tertentu.
PT. Bank Rakyat Indonesia Terbuka merupakan perusahaan yang melebarkan lininya keatas karena melihat adanya peluang untuk menarik nasabah agar mendapatkan tingkat pertumbuhan dan margin yang lebih tinggi.
Tabungan BritAma dengan fasilitas ATM BRI Classic merupakan produk yang sudah ada, PT. Bank Rakyat Indonesia Terbuka melebarkan lini produk keatas dengan mengeluarkan BritAma dengan fasilitas ATM BRI Gold. Pada umumnya, fasilitas yang dinikmati oleh nasabah BritAma dengan fasilitas ATM BRI Classic dan nasabah BRItama dengan fasilitas ATM BRI Gold adalah sama. Perbedaannya adalah dapat dilihat dari Setoran awal yang lebih tinggi, Limit penarikan tunai per hari yang lebih tinggi, Limit belanja di merchant per hari yang lebih tinggi, Biaya bulanan yang lebih tinggi, Saldo minimum-tidak diblokir yang lebih tinggi.